Selasa, 10 Januari 2012

Terkikis Waktu

Di dalam pandangan Islam, sukses atau tidak suksesnya kita di dalam hidup ini diukur apakah nanti kita akan selamat di akherat atau tidak. 
Dalam hubungannya dengan waktu yang diberikan oleh Allah dalam kehidupan kita, Allah SWT berfirman dalam surat Al Ashr (1-2) “Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian”.
Kerugian adalah suatu ketidaksuksesan, tetapi pertanyaannya, sukses atau tidaknya manusia apakah di ukur di dunia ini?.

Imam Ibnu Katsir menafsirkan khushrin (kerugian) atau ketidaksuksesan disini dengan surat az zumar ayat 15 yang berbunyi” Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat.” Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” Jadi ketikdaksuksesan manusia yang sebenarnya adalah kerugian yang dialami di akherat nanti. Sukses atau tidak sukses seseorang diukur berdasarkan selamat atau tidak selamatnya di akherat nanti

Inilah yang harus kita pikirkan wahai sahabatku. Inilah sebenarnya yang disampaikan oleh Allah SWT, apa standar kesuksesan dan tidak suksesnya seseorang di dunia ini yang akan diukur di akherat nanti. Sukses adalah dengan beratnya timbangan amal kita di akherat nanti. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Al a’raaf ayat 8 “maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung”, dan ketidak susksesan adalah ringannya timbangan sebagaimana dalam al A’raaf ayat 9 “Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri.”

lihatlah ke belakang terlebih dahulu, sejak mulai kita aQil baligh dahulu, sudah seberapa besarkah timbangan amal kebaikan kita? Dari waktu yang diberikan oleh Allah selama iNI, timbanglah sudah seberapakah yang bisa menjadi amal soleh di sisi Allah SWT?
Mungkinkah yang kita lakukan selama ini seperti mencari nafkah, menambah harta kekayaan, mengejar pangkat merupakan suatu kebaikan? 

Sementara Allah mengatakan “Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” Boleh jadi apa yang kita lakukan selama ini tidak ada nilai ibadahnya sama sekali disisi Allah SWT, na'udzubiLLahi min dzaalik.

Sahabat, beberapa tahun lagi kita akan memasuki umur 40 tahun. Ini umur yang sangat penting sekali kita memahami kembali apa tujuan kehidupan kita di muka bumi ini. Kalau tidak penting, tentulah Allah tidak akan mengisyaratkannya di dalam kitabNya yang suci. Sehingga Imam Al Ghazali sampai mengomentari ayat tersebut dengan mengatakan ““Barangsiapa yang telah melampui usia 40 tahun sedangkan kebaikannya tidak dapat mengalahkan kejahatannya, maka hendaklah dia mempersiapkan dirinya untuk masuk ke dalam neraka”

ketika usia 40 dengan cepat akan menghampiri kita, kita masih melihat dunia sebagai ajang kesenangan, kesia-siaan adalah amal keseharian kita, tanpa menyadari bahwa kematian bisa datang kapan saja, sementara bekal iman amal belum lagi cukup kita siapkan untuk berjumpa dengan Allah di hari penghisaban kelak, maka berhati-hatilah. Mari segera kita merobah diri untuk kebaikan. 

Oleh karena itu sahabat, dengan terus berjalannya waktu, kita mesti menjadi orang yang paling bersyukur di dalam hidup ini, sehingga Allah memberikan ketenangan hati kepada kita. kita perbanyak amal saleh, sehingga timbangan amal kebajikan bertambah berat di akherat nanti. 
kita bertaubat kepada-Nya, sehingga Allah mengampuni seluruh dosa dan kesalahan kita. Setelah itu, bagaimanapun keadaan kita, kita berserah diri kepada-Nya. 

Miliki Roja' dan khauf, perasaan berharap akan rahmat Alloh serta takut akan siksa-Nya.

Wallohu A'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar